Jelajah Malang

Seru-seruan jelajahi Malang dengan berjalan kaki

Klojen Tempo Dulu : Menelisik Kisah Sejarah di Balik Berdirinya Kota Malang

walking tour malang

Jelajah Malang pada tur kali ini mengajak dalam perjalanan waktu melalui “Tour Kelodjian” yang dilaksanakan pada Minggu, 25 Mei 2025. Tur ini menelusuri kembali pesona dan sejarah di kawasan Klojen yang dahulu merupakan pusat pemerintahan Kota Malang pada era kolonial Belanda. 

Perjalanan dimulai dari titik kumpul para peserta di Klodjen Djaja 1956, sebuah kafe di Jalan Cokroaminoto yang sarat akan nuansa tempo dulu. Hal ini terlihat pada arsitektur bangunan, pernak pernik hingga poster vintage yang menghiasi bangunan di tambah harga minuman yang di perjualbelikan ramah di kantong. 

Setelah semua peserta berkumpul, pada tur kali ini dipandu oleh dua storyteller berpengalaman dari Jelajah Malang, Kak Eko dan Kak Dini yang akan membawa kita menelusuri setiap sudut Klojen yang menyimpan kisah. 

Penjelajahan dimulai dengan menyelusuri daerah Setia Budi, di mana titik pertama yang disinggahi adalah Jembatan Klojen. Tempat ini menjadi saksi bisu perkembangan Klojen yang memiliki peran penting dalam sejarah kota Malang. 

Butuh waktu 50 tahun bagi Belanda di zaman dahulu untuk berani membangun rumah tinggal di luar loji atau daerah benteng pertahanan. Sekitar tahun 1821, Belanda mulai membangun perumahan di sekitar jalan Celaket, Oro Oro Dowo dan Rampal. Kemudian, dibangunlah loji kedua yang dikenal sebagai Loji Selatan atau Klojen Kidul. Adanya loji kedua membuat Belanda mulai berani membangun rumah disekitar wilayahnya tersebut seperti Kauman, Kidul Dalem, Kasin dan Bareng yang kini menjadi bagian dari Kecamatan Klojen. 

Tahun 1826 - 1867, Belanda mulai menatap kota sesuai dengan kepentingan, hingga di tahun 1914 lahirlah secara resmi Kota Malang dan Klojen ditetapkan sebagai pusat pemerintahannya, menggeser daerah yang lebih dulu ada seperti Dinoyo dan Jodipan.

walking tour malang

Berlanjut menelusuri perumahan di daerah Setia Budi yang masih melestarikan arsitektur khas Belanda, lalu menyeberangi area rel kerat api menuju Klojen Ledok Thamrin. Disini, terdapat Kolese Santo Yusup di Jalan Husni Thamrin yang merupakan salah satu sekolah katolik tertua yang masih mempertahankan bentuk aslinya. 

Dari Jalan Dr. Soetomo dengan bangunan bangunan tuannya, menuju Rumah Budaya Ratna dan berlanjut pada tempat pembuatan susu legendaris yang masih berdiri kokoh di daerah Jalan Diponegoro. Menyusuri gang gang sempit di Keluruhan Klojen yang menjadi jalan pintas menuju Jalan M.H. Thamrin Gang 2 dan akhirnya tiba di Pasar Rakyat Klojen Nikmat. 

Pasar Rakyat Klojen salah satu destinasi terakhir tur kali ini, dimana disinilah kita bisa merasakan nuansa masa lalu melalui kedai kedai kopi legendaris seperti Kedai Kopi Hwie yang telah berdiri sejak 1952 dan Kopi Sido Mulia yang merupakan salah satu kopi khas Malang yang sudah ada sejak tahun 1953. 

walking tour malang

Tur berakhir dengan kembali ke titik kumpul di perempatan Klodjen Djaja 1956 dan telah membawa pulang pengetahuan baru dan apresiasi mendalam terhadap warisan sejarah Kota Malang melalui tur Kelodjian pada kali ini.


Tidak ada komentar:

Our Teams

Follow Us

Our Review