Seru-seruan jelajahi Malang dengan berjalan kaki
![]() |
Source : matic.malangkab.go.id |
Dusun Lenggoksono, Desa Purwodadi, Kecaatan Tirtoyudo, tempat yang awalnya hanya menjadi tempat pesinggahan semenatara, kini menjadi tempat tinggal tetap bagi sesepuh Agung Tri Ono. Laki-laki yang dengan segala usahanya ingin mengenalkan Desa kecil tempat ia tinggal dan dibesarkan kepada Dunia.
Waktu itu Indonesia baru saja merayakan kemerdekaannya, namun kabar tersebut
membutuhkan waktu untuk bisa benar-benar sampai ke penjuru Nusantara, termasuk
di Jawa Timur. Di Malang sendiri, berita kemerdekaan Indonesia menyebar melalui
udara setelah Syahrudin menyelundupkan bunyi teks Proklamasi di kantor berita
radio Soerabaya Hosokyoku, dua hari setelah 17 Agustus 1945.
Selama proses gepuk tular berita kemerdekaan tersebut, para pejuang di kawasan tapal kuda seperti Kabupaten Probolinggo, Kota Probolinggo dan Kabupaten Malang masih terus berperang. Perang masih berlangsung, laras panjang,
hingga runcingnya bambu memakan korban demi menyelamatkan nyawa dari ancaman
musuh di arah selatan.
Kaki terus bergerak, menembus hutan hingga melintasi perbukitan tak bertuan. Terus bergerak adalah harga mati, demi mencari tempat pengungsian di daerah yang lebih aman dan nyaman. Jauh dari ancaman prajurit Jepang hingga Belanda yang berkeliling di segala arah. Akhirnya, langkah pengungsian itu berhenti di lembah perbukitan Tirtoyudo.
Agung Tri Ono, sosok penggerak KBA Lenggoksono, berambisi mengenalkan
desanya ke masyarakat luas. Walaupun hanya lulusan SMP, namun ia memiliki tekad
dan motivasi besar untuk memperdayakan masyarakat di RT 02 / RW 01, Dusun
Lenggoksono, Desa Purwodadi, Kecamatan Tirtoyudo, Kabupaten malang.
Di desa ini, warga bergotong royong, mengumpulkan, memilah, memotong
hingga mencuci sampah sampah plastik untuk diubah menjadi ecobrick. Kegiatan
bersih lingkungan dengan membawa sampah plastik rutin dilakukan di hari sabtu,
dengan misi mengendalikan sampah plastik di RW 01 yang tidak bisa didaur ulang.
Setiap botol ecobrick memiliki berat berbeda, semakin berat, semakin
besar beban yang harus ditopangnya. Hasilnya tak sekadar hiasana, ecobrick
dijadikan tiang pengganti, gerbang rumah, tempat duduk hingga aksesoris cantik
berupa tas dan dompet.
Tak hanya ecobrick, warga Lenggoksosno juga menyulap limbah rumah tangga
menjadi Pupuk Organic Cair (POC) yang disimpan dalam wadah tertutup rapat dan
difermentasi selama 15 har. Setelah mengendap, cairan tersebut digunakan
sebagai pupuk alami untuk kebun-kebun warga.
Agung Tri Ono, penggerak Kampung Berseri Astra (KBA) Lenggoksono. Pria
32 tahun yang muncul membawa perubahan bagi desanya. Berkat dirinya sebagai
penggerak kesadaran warga, berbagai limbah dapur kini disulap menjadi pupuk
kompos yang dimanfaatkan diri lahan toga depan rumah, kebun kebun cengkih dan
kopi hingga area persawahan.
Atas kecintaannya terhadap Dusun Lenggoksono, bersama Kasembadan pakdhe
yang dianggap seperti Ayah, berhasil mengubah dusun yang dulu tertinggal
menjadi salah satu Kampung Berseri Astra (KBA) di tahun 2021 dengan kualitas
teratas.
Agung bercerita bahwa awal mula perjuangannya tidaklah muda. Ia sempat
diremehkan hingga tidak dipercaya warga. Karena belum memiliki tempat khusus,
posyandu dipilih menjadi titik awal penerapan program penghijauan.
Baginya, penghijauan adalah langkah awal perubahan lingkungan yang akan
berdampak ke ranah wisata dan pastinya berkelanjutan. Berawal dari sini, kini
hampir seluruh enam RT dalam lingkup RW 01 di Dusun Lenggoksono sudah memiliki
kebun Tanaman Obat Keluarga (TOGA) sendiri, berisi berbagai tanaman jahe,
kunyit, kencur, temu ireng, lidah buaya hingga beluntar yang dapat dimanfaatkan
sebagai jamu tradisional.
Bak sulap dalam semalam, Dusun Lenggoksono kini dikelilingi perbukitan
hijau yang berbatasan dengan Samudera Hindia kini tampak semakin bersih hanya
dalam kurun waktu satu tahun. Tempat ibadah seperti Gereja dan Masjid berdiri
berdampingan sebagai bukti kuatnya toleransi yang ada di masyarakat.
Selain dikenal sebagai Kampung Berseri Astra (KBA), anak anak Dusun Lenggoksono
masih tetap melestarikan tradisi turun temurun. Setiap Sabtu malam, mereka
berlatih menari di sanggar. Dengan berbekal sampur atau selendang tari
yang terikat di pinggang, dari perempuan hingga laki laki, mereka menari
mengikuti alunan kendang, kenong dan gong kecil yang ditabuh. Suara gemerincing
gonseng gongseng di kaki berpadu indah dengan irama gamelan.
Perubahan yang terjadi tidak menghapuskan tradisi budaya kuda lumping
yang menjadi ikon Desa Purwodadi dari generasi ke generasi. Bahkan, ibu ibu
kampung juga masih menjaga tradisi tabuh lesung atau klothekan yang
menggambarkan kuatnya kebersamaan dan keguyuban masyarakat.
Masyarakat desa yang dulunya hanya bertani, bertenak dan berkebun kini
berubah menjadi masyarakat yang lebih berdaya. Mereka paham pentingnya
kebersihan lingkungan, kesehatan melalui penanaman tanaman obat serta
pengelolaan sampah organik yang bernilai jual.
Perlahan tapi pasti, Dusun Lenggoksono menatap asa baru menjadi Desa
Wisata, mimpi besar Agung Tri Ono. Melalui pariwisata alias CBT (Community
Based Tourism) yang merupakan Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat
(PNPM) Mandiri Pariwisata oleh Pemerintah Indonesia pada Kabinet Bersatu di era
Presiden SBY.
Dusun Lenggoksono, menawarkan suasana segar dan lingkungan sehat
berpotensi mengikuti jejak Dusun Petingsari, Desa Umbulharjo, Cangkringan,
Kabupaten Sleman yang bertahun tahun dikunjungi wisata. Keramahan dan keasrian
Lenggoksono membuat siapa pun betah nyaman berlama lama.
Meskipun begitu, para pemangku kekuasaan Kabupaten Malang belum banyak
menjejakkan kaki di Dusun Lenggoksono, warga kampungnya tetap melangkah bersama
menjadi Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis).
Harapan Dusun Lenggoksono semakin nyata ketika Astra memilih Lenggoksono
sebagai salah satu Kampung Berseri Astra (KBA) unggulan, yang membuat
masyarakat jadi lebih peduli pada alam. Program Astra yang berfokus pada
kegiatan sosial merupakan wadah sekaligus jalan untuk Dusun Lenggoksono menjadi
lebih baik.
Perjalanan Kampung Berseri Astra (KBA) Lenggoksono masih sangat panjang.
Akses jalan adalah tantangan terbesar. Rusaknya jalan menuju Desa Purwodadi ini
sudah disuarakan oleh para Pokdarwis Bowele (Bolu Bolu, Wediawu dan
Lenggoksono) sejak Agustus 2020. Pada Juni 2021 lalu, hujan deras mengguyur
Malang Raya semalam suntuk hingga sempat membuat jembatan menuju pantai
Lenggoksono terputus. Kini jembatan sudah diperbaiki kembali.
Wahyu Hidayat, Sekda Kabupaten Malang, pernah berjanji kepada Malang
Times pada 2020 bahwa pembenahan akses jalan Lenggoksono menjadi program
prioritas, namun tertunda karena rasionalisasi dan refocusing anggaran,
sehingga perlu penetapan PAK (Perubahan Anggaran Keuangan).
Tak ingin berpangku tangan, Agung dengan para warga Dusun Lenggoksono
terus fokus mewujudkan mimpi mereka mengembangkan KBA Lenggoksono bersama
Astra. Kini, Lenggoksono siap berlayar dari ujung lautan Malang Selatan sebagai
wisata dunia.
Jln. Cokroaminoto II/74, Malang, Jawa Timur
Email: jelajahmalangaja@gmail.com
WhatsApp/Telpon: 0823 3528 8384
Tidak ada komentar: