Seru-seruan jelajahi Malang dengan berjalan kaki
![]() |
source : traveloka.com |
Kamu mungkin sudah tidak asing mendengar istilah titik nol kilometer di
suatu daerah. Istilah ini merujuk pada patokan jarak antardaerah secara
tradisional. Setiap daerah umumnya memiliki letak titik nolnya masing masing
yang menjadi pusat perhitungan jarak, begitu pula dengan Kota Malang.
Namun, yang membedakan dengan daerah lain, ternyata Kota Malang memiliki
dua titik nol kilometer. Hal ini tentu tidak lepas dari bukti sejarah panjang
dan perkembangan wilayah Malang dari zaman dulu hingga sekarang.
Titik nol pertama Kota Malang terletak di ujung jembatan Brantas atau
dikenal dengan nama Buk Gluduk yang berada di Jalan Gatot Subroto, tepat di
seberang pintu masuk Kampung Warna Warni Jodipan.
Pembuatan titik nol pertama ini dimulai pada awal 1869 oleh pemerintah
kolonial Belanda. Dahulu, lokasi tersebut merupakan pusat Kota Malang bagian
timur. Penetapan titik nol pertama bersamaan dengan pembangunan jalur kereta
api menuju Malang oleh Belanda. Maka tak heran, jika tugu titik nol pertama ini
dahulu digunakan sebagai jalur pos pada masa kolonial Belanda atau identik
dengan jalur kereta api.
Berbeda dengan titik nol pertama, titik nol kedua muncul sebagai
penunjuk perubahan pemerintahan Malang di masa lampau. Sebelum tahun 1914,
Malang masih termasuk dalam wilayah Karesidenan Pasuruan. Titik nol kedua
awalnya berada di Jalan Merdeka Selatan, yang dulunya tepat di halaman rumah
Asisten Residen Pasuruan yang kini menjadi Kantor Pos di Jalan Merdeka
Selatan.
Kemudian, pada tahun 1920-an, posisi titik nol kedua berpindah ke Jalan
Merdeka Utara, Kidul Dalem, Klojen tepat di bawah tangga penyebrangan Alun Alun
Kota Malang, berdekatan dengan kawasan Kayutangan Heritage. Pergantian lokasi
tersebut menandai bergantinya Malang menjadi residen dengan pemerintahan
sendiri, terpisah dari Pasuruan.
Selain itu menariknya, jarak kedua titik nol ini terpaut 1,2 kilometer
dengan bentuk yang mirip, berupa tugu setinggi sekitar 70 cm dengan tiga sisi.
Pada kedua tugu tersebut, di bagian atas bertuliskan S.Baya (Surabaya) 89, yang
menunjukkan jarak antara Malang dan Surabaya sejauh 89 kilometer. Di sisi kanan
bertuliskan Pw.Saro (Purwosari) 28, yang menunjukkan jarak antara Malang dan
Purwosari sejauh 28 kilometer. Sementara, di sisi kiri bertuliskan M.Lang 0,
sebagai penanda titik nol Kota Malang.
Dan yang kamu harus tahu, ternyata terdapat perbedaan kedua titik nol
tersebut yang hanya terletak pada warnanya saja. Titik nol pertama di jalan
Gatot Subroto didominasi warna kuning, putih dan merah, sedangkan titik nol
kedua yang ada di Jalan Merdeka Utara berwarna putih, kuning, hijau dan
biru.
Kehadiran dua titik nol ini bukan hanya sebagai penanda geografis,
tetapi juga menggambarkan sejarah perubahan status pemerintahan Malang pada
masa lampau. Keberadaan titik nol ini juga mencerminkan keistimewaan Kota
Malang pada masa kolonial. Dahulu, Malang memiliki Asisten Residen di bawah
Keresidenan Pasuruan yang kemudian berubah menjadi Keresidenan Malang yang
memiliki dua jabatan pemimpin yakni bupati Malang (kabupaten) dan wali kota
(kota praja).
Sejak dahulu, wilayah yang memiliki dua titik nol kilometer dianggap
sebagai daerah yang memiliki peran penting dalam menghidupi kawasan sekitarnya.
Hal ini menunjukkan bahwa Malang telah lama merupakan pusat peradaban bagi
daerah sekitar seperti Pasuruan, Blitar, Kediri hingga Lumajang. Hingga kini,
kedua tugu titik nol tersebut masih berdiri sebagai penanda histori dan saksi
perjalanan panjang terbentuknya Kota Malang.
Jln. Cokroaminoto II/74, Malang, Jawa Timur
Email: jelajahmalangaja@gmail.com
WhatsApp/Telpon: 0823 3528 8384
Tidak ada komentar: